Mengenang masa lalu 9 tahun lalu, ketika saya mendapatkan norma gelar MN (Master Nasional) pada tahun 1999 di Bank IFI yang diselenggarakan di kota Pahlawan Surabaya ada satu hal yang bisa diambil hikmahnya dan yang sangat penting. Turnamen Bank IFI 1999 ini setahu saya adalah turnamen pertama kali yang diadakan di Jawa Timur dan berkategori (bisa menelorkan norma gelar MN/MP). Semoga sharing pengalaman dari saya ini berguna bagi pengunjung blog ini. Tidak bisa dipungkiri selain faktor teknis catur (level ilmu catur, jam terbang, dll.) faktor non teknis juga sangat berpengaruh atas hasil akhir kita dalam suatu turnamen yang kita ikuti.
Saat itu, ilmu catur saya relatif jauh lebih rendah daripada saat ini. Tapi ada 1 (satu) hal yang sampai saat ini saya tidak bisa mengulanginya lagi dengan perbuatan yang sama. Saya waktu itu sakit flu dan batuk yang cukup berat. Logikanya pasti saya tidak bisa bermain dengan baik dalam turnamen Bank IFI tersebut. Tapi saat itu saya seolah mempunyai semangat yang sangat luar biasa untuk bertanding. Waktu itu saya begitu ngototnya untuk memenangkan pertandingan dan bertahan dari kekalahan. Walhasil dimana saat itu saya (yang non master) dianggap tidak terkenal, berhasil menggasak banyak master-master kuat jaman itu. Bahkan hampir saja saya bisa memasuki peringkat 3 besar, kalo flu saya (yang meskipun sudah saya obati tapi tetap membandel) tidak semakin parah.
Babak demi babak saya bermain dengan daya juang atau kengototan yang sulit dipercaya. Meskipun lawan-lawan saya master dan lebih kuat dari saya waktu itu, saya tidak banyak terpengaruh dan saya tetap ngotot untuk selalu 'KONSENTRASI' saat bertanding. Usaha kerja keras saya tidak sia-sia, meskipun hasilnya saya tidak bisa juara, saat itu saya berhasil meraih poin 6.5 dari 9 babak, dan berhak atas gelar norma MN.
Tingkat kengototan saya waktu itu, rasanya tidak bisa saya ulangi lagi hingga saat ini. Kalo kemudian saya berhasil beberapa tahun kemudian meraih norma gelar MN kedua, itu mungkin karena skill catur saya sudah jauh lebih baik daripada di turnamen Bank IFI tahun 1999 itu. Saya kemudian sekitar tahun 2002 berhasil meraih gelar MP di turnamen Golkar Solo Gajah Mada di kota Solo Jateng. Dan tahun 2005 saya berhasil meraih gelar MN (Master Nasional) penuh di turnamen Mega-Hasyim di kota Surabaya.
Hikmah utama yang bisa diambil: Kengototan dan daya juang bermain catur yang sangat tinggi mutlak diperlukan agar bisa bersaing dan mengungguli lawan-lawan kita dalam turnamen catur. Tentu saja fisik yang prima dan modal utama: SKILL Catur yang tinggi harus disiapkan secara matang.
Ringkasan HIKMAH: Hasil kita dalam sebuah turnamen sangat dipengaruhi oleh:
GENS UNA SUMUS.
Saat itu, ilmu catur saya relatif jauh lebih rendah daripada saat ini. Tapi ada 1 (satu) hal yang sampai saat ini saya tidak bisa mengulanginya lagi dengan perbuatan yang sama. Saya waktu itu sakit flu dan batuk yang cukup berat. Logikanya pasti saya tidak bisa bermain dengan baik dalam turnamen Bank IFI tersebut. Tapi saat itu saya seolah mempunyai semangat yang sangat luar biasa untuk bertanding. Waktu itu saya begitu ngototnya untuk memenangkan pertandingan dan bertahan dari kekalahan. Walhasil dimana saat itu saya (yang non master) dianggap tidak terkenal, berhasil menggasak banyak master-master kuat jaman itu. Bahkan hampir saja saya bisa memasuki peringkat 3 besar, kalo flu saya (yang meskipun sudah saya obati tapi tetap membandel) tidak semakin parah.
Babak demi babak saya bermain dengan daya juang atau kengototan yang sulit dipercaya. Meskipun lawan-lawan saya master dan lebih kuat dari saya waktu itu, saya tidak banyak terpengaruh dan saya tetap ngotot untuk selalu 'KONSENTRASI' saat bertanding. Usaha kerja keras saya tidak sia-sia, meskipun hasilnya saya tidak bisa juara, saat itu saya berhasil meraih poin 6.5 dari 9 babak, dan berhak atas gelar norma MN.
Tingkat kengototan saya waktu itu, rasanya tidak bisa saya ulangi lagi hingga saat ini. Kalo kemudian saya berhasil beberapa tahun kemudian meraih norma gelar MN kedua, itu mungkin karena skill catur saya sudah jauh lebih baik daripada di turnamen Bank IFI tahun 1999 itu. Saya kemudian sekitar tahun 2002 berhasil meraih gelar MP di turnamen Golkar Solo Gajah Mada di kota Solo Jateng. Dan tahun 2005 saya berhasil meraih gelar MN (Master Nasional) penuh di turnamen Mega-Hasyim di kota Surabaya.
Hikmah utama yang bisa diambil: Kengototan dan daya juang bermain catur yang sangat tinggi mutlak diperlukan agar bisa bersaing dan mengungguli lawan-lawan kita dalam turnamen catur. Tentu saja fisik yang prima dan modal utama: SKILL Catur yang tinggi harus disiapkan secara matang.
Ringkasan HIKMAH: Hasil kita dalam sebuah turnamen sangat dipengaruhi oleh:
- SEBERAPA KERAS KITA DALAM BELAJAR DAN BERLATIH CATUR SETIAP HARINYA dan
- SEBERAPA MAKSIMAL KITA BISA MEMPERSIAPKAN DIRI (utamanya dalam MEMPROYEKSI PERMAINAN CALON LAWAN-LAWAN KITA) dan
- SEBERAPA MAKSIMAL KITA MENERAPKAN ILMU CATUR YANG KITA MILIKI DALAM TURNAMEN TERSEBUT serta
- SEBERAPA KUAT MOTIVASI KITA UNTUK MERAIH KESUKSESAN DALAM TURNAMEN INI.
GENS UNA SUMUS.